MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI PADA KEHAMILAN
DENGAN IUGR DAN IUFD
Dosen
Pengampu : Masruroh . SSiT. Mkes.
Disusun
Oleh:
1. Hidayatul
Rizki (AKU.11.024)
2. Inas
Nurfitriana (AKU.11.026)
3. Nur Aini (AKU.11.036)
AKADEMI
KEBIDANAN UNISKA KENDAL(AKU)
Jl.Soekarno
–Hatta No.99 Kendal
TAHUN
AJARAN 2011/2012
KATA PENGANTAR
Assalamialaikum
wr. wb
Segala puji bagi Allah yang
telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada kita semua sehingga Makalah
Kelainan dalam lamanya kehamilan Prematur dan Post matur dapat terselesaikan
dengan tepat waktu.
Kami berharap Makalah ini bisa
memberikan wawasan luas untuk memahami manusia dari pendekatan teori ilmu
kebidanan. Terlebih lagi untuk mahasiswi yang mendalami bidang kebidanan ,
dimana mereka kelak langsung berhubungan dengan manusia.
Selain itu juga, Kami berharap
tulisan ini dapat menjadi dasar pengantar dari pemenuhan materi perkuliahan
Askeb IV ( Patalogi ) untuk mahasiswi kebidanan, karana penyusunan materi
disesuaikan dengan silabus dan standar kompetensi materi.
Seperti kata pepatah yang
mengatakan tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, dengan rendah hati
kami berharap kepada Ibu Hj. Masruroh SSiT.M.Kes Selaku Dosen pengampu mata
kuliah Askeb IV ( Patalogi ) kiranya dapat memberikan masukan, kritikan , dan
tanggapan yang bersifat membangun untuk
penyempurnaan makalah kami.
Sebagai akhir kata, kami
mengucapkan terima kasih kepada Teman teman yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini . Semoga Allah SWT
meridhoi. Amiin.
Kendal, September
2012
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL …………………………………………………………….
KATA
PENGANTAR …………………………………………………………....... 1
DAFTAR
ISI ………………………………………………………………….…...... 2
BAB
I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………............. 4
B. Tujuan ………………………………………………………………………........ 4
C. Rumusan Masalah
………………………………………………………….........5
D. Manfaat Penulisan
...........................................................................................5
BAB II : TINJAUAN TEORI
BAB
III : PENUTUP
DAFTAR
PUSTAKA …………………………………………………………. 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia dimulai
sejak masa janin dalam rahim ibu. Sejak itu, manusia kecil telah memasuki masa
perjuangan hidup yang salah satunya menghadapi kemungkinan kurangnya zat gizi
yang diterima dari ibu yang mengandungnya. Jika zat gizi yang diterima dari
ibunya tidak mencukupi maka janin tersebut akan mempunyai konsekuensi kurang
menguntungkan dalam kehidupan berikutnya. Sejarah klasik tentang dampak kurang
gizi selama kehamilan terhadap outcome kehamilan telah banyak didokumentasikan.
Fenomena the Dutch Famine menunjukkan bahwa bayi-bayi yang masa kandungannya
(terutama trimester 2 dan 3) jatuh pada saat-saat paceklik mempunyai rata-rata
berat badan, panjang badan, lingkar kepala, dan berat placenta yang lebih
rendah dibandingkan bayi-bayi yang masa kandungannya tidak terpapar masa
paceklik dan hal ini terjadi karena adanya penurunan asupan kalori, protein dan
zat gizi essential lainnya.
Kematian
bayi dalam kandungan (Intra Uterine Fetal Death) dapat dikarenakan berbagai hal
seperti terkena lilitan tali pusat, pendarahan serta akibat tekanan darah
tinggi ibu yang mengandung. Kematian
janin dalam kandungan dapat dicegah dengan cara memeriksakan kandungan secara
teratur ke dokter. Kalaupun terjadi kelainan pada masa kehamilan, bisa
ditanggulangi sedini mungkin.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menambah pengetahuan tentang kelainan dalam lamanya kehamilan IUGR dan IUFD.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui:
Untuk menambah pengetahuan tentang kelainan dalam lamanya kehamilan IUGR dan IUFD.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui:
a.
Pengertian
IUGR
dan IUFD
b.
Tanda
Gejala IUGR dan IUFD
c.
Etiologi
IUGR dan IUFD
d.
Faktor
Predisposisi IUGR dan IUFD
e.
Komplikasi
IUGR
dan IUFD
f.
Masalah
IUGR
dan IUFD
g.
Penanganan
IUGR dan IUFD
h.
Kelahiran
IUGR
dan IUFD
i.
Faktor
yang mempengaruhi IUGR dan IUFD
j.
Diagnosis
k.
Penatalaksanaan
l.
Pengaruh
Ibu dan Janin
C. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian IUGR dan IUFD ?
1. Apakah pengertian IUGR dan IUFD ?
2. Apa saja tanda gejala IUGR dan IUFD ?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi IUGR dan IUFD?
4. Apa faktor penyebab dari IUGR dan IUFD ?
5. Bagaimana cara penanganan IUGR dan IUFD?
6. Apa saja pengaruhnya IUGR dan IUFD ?
7. Bagaimanakah penatalaksanaan untuk mengatasi IUGR dan IUFD ?
D. Manfaat Penulisan
a. Manfaat teoritis
1. Sebagai
pengembangan bahan masukan atau pengkajian baru khususnya ilmu kebidanan.
b. Manfaat praktis
1.
Bagi institusi
Diharapkan dapat menjadi sumber
informasi bagi mahasiswa akademi kebidanan
Uniska Kendal
2. Bagi
mahasiswa
Diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan dengan topik kehamilan disertai penyakit pada wanita
hamil.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.IUGR
1.Pengertian
Definisi menurut
WHO (1969), janin yang mengalami pertumbuhan yang terhambat adalah janin yang
mengalami kegagalan dalam mencapai berat standard atau ukuran standard yang
sesuai dengan usia kehamilannya.
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) ditegakkan apabila pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) perkiraan berat badan janin berada di bawah persentil 10 dibawah usia kehamilan atau lebih kecil dari yang seharusnya (sesuai grafik). Terminologi “kecil untuk masa kehamilan” adalah berat badan bayi yang tidak sesuai dengan masa kehamilan dan dapat muncul pada bayi cukup bulan atau prematur. Pada umumnya janin tersebut memiliki tubuh yang kecil dan risiko kecacatan atau kematian bayi kecil akan lebih besar baik pada saat dilahirkan ataupun setelah melahirkan.
Intrauterine Growth Restriction (IUGR) adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu kondisi dimana janin lebih kecil dari yang diharapkan untuk jumlah bulan kehamilan.
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) ditegakkan apabila pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) perkiraan berat badan janin berada di bawah persentil 10 dibawah usia kehamilan atau lebih kecil dari yang seharusnya (sesuai grafik). Terminologi “kecil untuk masa kehamilan” adalah berat badan bayi yang tidak sesuai dengan masa kehamilan dan dapat muncul pada bayi cukup bulan atau prematur. Pada umumnya janin tersebut memiliki tubuh yang kecil dan risiko kecacatan atau kematian bayi kecil akan lebih besar baik pada saat dilahirkan ataupun setelah melahirkan.
Intrauterine Growth Restriction (IUGR) adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu kondisi dimana janin lebih kecil dari yang diharapkan untuk jumlah bulan kehamilan.
2.Etiologi
a. Factor risiko dari Ibu :
a. Factor risiko dari Ibu :
Alkohol
Merokok
Obat obatan (Corticosteroid, propanolol, Dilantin, Coumadin, Heroin)
Anemia
Malnutrisi
Berat badan Ibu Kurang dari 50 Kg,
penyakit Jantung Cyanotic
Diabetus Mellitus
Merokok
Obat obatan (Corticosteroid, propanolol, Dilantin, Coumadin, Heroin)
Anemia
Malnutrisi
Berat badan Ibu Kurang dari 50 Kg,
penyakit Jantung Cyanotic
Diabetus Mellitus
b.
Factor Risiko dari bayi :
Infeksi selama kehamilan
Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering menyebabkan PJT.
Kelainan bawaan dan kelainan kromosom
Kelaianan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan kelainan jantung bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT.
Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin). Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti kejang, rokok, narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT
Hemorisis (gangguan sel darah merah)
Kehamilan kembar multiple.
Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering menyebabkan PJT.
Kelainan bawaan dan kelainan kromosom
Kelaianan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan kelainan jantung bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT.
Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin). Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti kejang, rokok, narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT
Hemorisis (gangguan sel darah merah)
Kehamilan kembar multiple.
c. Faktor Risiko dari Uterus dan Plasenta :
Kelainan plasenta sehingga menyebabkan plasenta tidak dapat menyediakan nutrisi yang baik bagi janin seperti ambruptio plasenta, infark plasenta (kematian sel pada plasenta)
Berkurangnya kontraksi uterus
Kelainan plasenta sehingga menyebabkan plasenta tidak dapat menyediakan nutrisi yang baik bagi janin seperti ambruptio plasenta, infark plasenta (kematian sel pada plasenta)
Berkurangnya kontraksi uterus
Kelainan tali pusat
Berkurangnya aliran uterus, thrombus dalam pembuluh darah janin dari 1 arteri tali pusat.
Berkurangnya aliran uterus, thrombus dalam pembuluh darah janin dari 1 arteri tali pusat.
d. Penyebab umum
Social ekonomi yang rendah
Menikah dini
Jarak kelahiran pendek
Diet tidak addekuat karena miskin dan malabsobrsi.
Social ekonomi yang rendah
Menikah dini
Jarak kelahiran pendek
Diet tidak addekuat karena miskin dan malabsobrsi.
3.
Tanda dan Gejala
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT)
dicurigai apabila terdapat riwayat PJT
sebelumnya dan ibu dengan penyakit kronik. Selain itu peningkatan berat badan
yang tidak adekuat juga dapat mengarah ke PJT. Dokter dapat menemukan ukuran
rahim yang lebih kecil dari yang seharusnya.
4.Komplikasi
PJT yang tidak segera diberi tindakan penanganan
dokter dapat menyebabkan bahaya bagi janin hingga menyebabkan kematian. Kondisi ini disebabkan karena terjadinya kondisi asupan
nutrisi dan oksigenasi yang tidak lancar pada janin. Jika ternyata hambatan
tersebut masih bisa di tangani kehamilan bisa dilanjutkan dengan pantauan
dokter, sebaliknya jika sudah tidak bisa ditangani maka dokter akan mengambil
tindakan dengan memaksa bayi untuk dilahirkan melalui operasi meski belum pada
waktunya.
Komplikasi pada PJT dapat terjadi pada janin dan ibu :
1.Janin
Antenatal : gagal nafas dan kematian janin
Intranatal : hipoksia dan asidosis
Setelah lahir :
a. Langsung:
Asfiksia
Hipoglikemi
Aspirasi mekonium
DIC
Hipotermi
Perdarahan pada paru
Polisitemia
Hiperviskositas sindrom
Gangguan gastrointestinal
b. Tidak langsung
Pada simetris PJT keterlambatan perkembangan dimulai
dari lambat dari sejak kelahiran, sedangkan asimetris PJT dimulai sejak bayi
lahir di mana terdapat kegagalan neurologi dan intelektualitas. Tapi prognosis
terburuk ialah PJT yang disebabkan oleh infeksi kongenital dan kelainan
kromosom.(5)
2. Ibu
Preeklampsi
Penyakit
jantung
Malnutrisi
5.PENATALAKSANAAN
Langkah
pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-pasien yang mempunyai resiko
tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah kedua adalah membedakan janin PJT
atau malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi sehat. Langkah ketiga adalah
menciptakan metode adekuat untuk pengawasan janin pada pasien-pasien PJT dan
melakukan persalinan di bawah kondisi optimal.
Untuk
mengenali pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk mengandung janin kecil,
diperlukan riwayat obstetrik yang terinci seperti hipertensi kronik, penyakit
ginjal ibu dan riwayat mengandung bayi kecil pada kehamilan sebelumnya. Selain
itu diperlukan pemeriksaan USG. Pada USG harus dilakukan taksiran usia gestasi
untuk menegakkan taksiran usia gestasi secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran
yang didapatkan pada pemeriksaan tersebut disesuaikan dengan usia gestasinya. Pertumbuhan
janin yang suboptimal menunjukkan bahwa pasien tersebut mengandung janin PJT.
Tatalaksana
kehamilan dengan PJT bertujuan, karena tidak ada terapi yang paling efektif
sejauh ini, adalah untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam kondisi
terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana yang harus dilakukan
adalah :
PJT pada saat
dekat waktu melahirkan. Yang harus dilakukan adalah segera dilahirkan
PJT jauh
sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada janin ini, dan bila
kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban)
atau pengambilan sampel plasenta, dan pemeriksaan darah janin dianjurkan.
6.Kewenangan Bidan
Episiotomi
•Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
• Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
• Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
• Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
• Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) eksklusif
• Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum
• Penyuluhan dan konseling
• Bimbingan pada kelompok ibu hami
• Pemberian surat keterangan kematian
• Pemberian surat keterangan cuti bersalin
•Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
• Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
• Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
• Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
• Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) eksklusif
• Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum
• Penyuluhan dan konseling
• Bimbingan pada kelompok ibu hami
• Pemberian surat keterangan kematian
• Pemberian surat keterangan cuti bersalin
B.
IUFD
1.
Pengertian
a. IUFD adalah keadaan
tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan baik pada kehamilan
yang besar dari 20 minggu atau kurang dari 20 minggu (Rustam Muchtar, 1998)
b. IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan (Sarwono, 2005)
b. IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan (Sarwono, 2005)
2. Etiologi
Penyebab IUFD antara lain:
1. Faktor plasenta
a. Insufisiensi plasenta
b. Infark plasenta
c. Solusio plasenta
d. Plasenta previa
2. Faktor ibu
a. Diabetes mellitus
b. Preeklampsi dan eklampsi
c. Nefritis kronis
d. Polihidramnion dan oligohidramnion
e. Sifilis
f. Penyakit jantung
g. Hipertensi
h. Penyakit paru atau TBC
i. Inkompatability rhesus
j. AIDS
h. perbedaan rhesus ibu dengan janin
3. Faktor intrapartum
a. Perdarahan antepartum
b. Partus lama
c. Anastesi
d. Partus macet
e. Persalinan presipitatus
f. Persalinan sungsang
g. Obat-obatan
4. Faktor janin
a. Prematuritas
b. Postmaturitas
c. Kelainan bawaan
d. Perdarahan otak
5. Faktor tali pusat
a. Prolapsus tali pusat
b. Lilitan tali pusat
c. Vassa praevia
d. Tali pusat pendek
1. Faktor plasenta
a. Insufisiensi plasenta
b. Infark plasenta
c. Solusio plasenta
d. Plasenta previa
2. Faktor ibu
a. Diabetes mellitus
b. Preeklampsi dan eklampsi
c. Nefritis kronis
d. Polihidramnion dan oligohidramnion
e. Sifilis
f. Penyakit jantung
g. Hipertensi
h. Penyakit paru atau TBC
i. Inkompatability rhesus
j. AIDS
h. perbedaan rhesus ibu dengan janin
3. Faktor intrapartum
a. Perdarahan antepartum
b. Partus lama
c. Anastesi
d. Partus macet
e. Persalinan presipitatus
f. Persalinan sungsang
g. Obat-obatan
4. Faktor janin
a. Prematuritas
b. Postmaturitas
c. Kelainan bawaan
d. Perdarahan otak
5. Faktor tali pusat
a. Prolapsus tali pusat
b. Lilitan tali pusat
c. Vassa praevia
d. Tali pusat pendek
3.
Tanda dan Gejala
1. Ibu tidak merasakan gerakan janin
Diagnosis :
a. Nilai DJJ
Bila ibu mendaptkan sedatif, tunggu hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang.
Bila DJJ tidak terdengar, pastikan adanya kematian janin dengan stetoskop ( Doppler).
Bila DJJ baik,berarti bayi tidur.
Rangsang janin dengan rangsangan suara (bel) attau dengan menggoyangkan perut ibu sehingga ibu merasakan gerakan janin. Bila DJJ meningkat frekuensinya sesuai dengan gerakan janin, maka janin dapat dikatakan normal.
Bila DJJ cenderung turun saat janin bergerak, maka dapat disimpulkan adanya gawat janin.
2. Gerakan janin tidak dirasakan lagi.
Diagnosis :
Gejala dan tannda selau ada. Gejala dan tanda kadang – kadang ada Diagnosis kemungkinan :
Gerakan janinberkurang atau hilang. Nyeri perut hilang timbul atau menetap
Perdarahan pervaginam sesudah hamil 22 minggu. Syok Uterus tegang / kaku. Gawat janin atau DJJ tidak terdengar. Solusio plasenta, gerakan janin dan DJJ tidak ada Perdarahan Nyeri perut hebat Syok Perut kembung / cairan bebas intra abdominal Kontur uterus abnormal Abdomen nyeri. Bagian – bagian janin teraba. Denyut nadi bu cepat Rupture uteri. Gerakan janin berkurang atau hilang
DJJ abnormal(<100/menit atau >140/ menit) Cairan ketuban bercampur mekonium Gawat janin. Gerakan janin / DJJ hilang Tanda – tanda kehamilan berhenti. Tinggi fundus uteri berkurang. Pembesaran uterus berkurang Kematian janin
Diagnosis :
a. Nilai DJJ
Bila ibu mendaptkan sedatif, tunggu hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang.
Bila DJJ tidak terdengar, pastikan adanya kematian janin dengan stetoskop ( Doppler).
Bila DJJ baik,berarti bayi tidur.
Rangsang janin dengan rangsangan suara (bel) attau dengan menggoyangkan perut ibu sehingga ibu merasakan gerakan janin. Bila DJJ meningkat frekuensinya sesuai dengan gerakan janin, maka janin dapat dikatakan normal.
Bila DJJ cenderung turun saat janin bergerak, maka dapat disimpulkan adanya gawat janin.
2. Gerakan janin tidak dirasakan lagi.
Diagnosis :
Gejala dan tannda selau ada. Gejala dan tanda kadang – kadang ada Diagnosis kemungkinan :
Gerakan janinberkurang atau hilang. Nyeri perut hilang timbul atau menetap
Perdarahan pervaginam sesudah hamil 22 minggu. Syok Uterus tegang / kaku. Gawat janin atau DJJ tidak terdengar. Solusio plasenta, gerakan janin dan DJJ tidak ada Perdarahan Nyeri perut hebat Syok Perut kembung / cairan bebas intra abdominal Kontur uterus abnormal Abdomen nyeri. Bagian – bagian janin teraba. Denyut nadi bu cepat Rupture uteri. Gerakan janin berkurang atau hilang
DJJ abnormal(<100/menit atau >140/ menit) Cairan ketuban bercampur mekonium Gawat janin. Gerakan janin / DJJ hilang Tanda – tanda kehamilan berhenti. Tinggi fundus uteri berkurang. Pembesaran uterus berkurang Kematian janin
4. Komplikasi
Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya
tidak memvbahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya
kelainan darah (hipofibrinogenemia) akan lebih besar. Kematian janin akan
menyebabkan desidua plasenta menjadi rusak menghasilkan tromboplastin masuk
kedalam peredaran darah ibu, pembekuan intravaskuler yang dimulai dari endotel
pembuluh darah oleh trombosit terjadilah pembekuan darah yang meluas menjadi
Disseminated intravascular coagulation hipofibrinogenemia (kadar
fibrinogen < 100 mg%).
Kadar normal fibrinogen pada wanita hamil adalah
300-700 mg%. Akibat kekurangan fibrinogen maka dapat terjadi hemoragik
postpartum. Partus biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah janin mati. Dampak
psikologis dapat timbul pada ibu setelah lebih dari 2 minggu kematian janin
yang dikandungnya. Bila ketuban telah pecah, kemungkinan infeksi meninggi.
5.Penanganan
a.Terapi
1.)Selama
menunggu diagnosa pasti, ibu akan mengalami syok dan ketakutan memikirkan bahwa
bayinya telah meninggal. Pada tahap ini bidan berperan sebagai motivator untuk
meningkatkan kesiapan mental ibu dalam menerima segala kemungkinan yang ada.
2.)Diagnosa
pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan
melalui hasil USG dan rongen foto abdomen, maka bidan seharusnya melakukan
rujukan.
3.) Menunggu
persalinan spontan biasanya aman, tetapi penelitian oleh Radestad et al (1996)
memperlihatkan bahwa dianjurkan untuk menginduksi sesegera mungkin setelah
diagnosis kematian in utero. Mereka menemukan hubungan kuat antara menunggu lebih
dari 24 jam sebelum permulaan persalinan dengan gejala kecemasan. Maka sering
dilakukan terminasi kehamilan.
a) Pengakhiran
kehamilan jika ukuran uterus tidak lebih dari 12 minggu kehamilan.
Persiapan:
Keadaan memungkinkan yaitu Hb > 10 gr%,
tekanan darah baik.
Dilakukan pemeriksaan laboratorium,
yaitu:pemeriksaan trombosit, fibrinogen, waktu pembekuan, waktu perdarahan, dan
waktu protombin.
Tindakan:
1.
Kuretasi vakum
2.
Kuretase tajam
3.
Dilatasi dan kuretasi tajam.
2)
Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus lebih dari 12 minggu
sampai 20 minggu.
Misoprostol 200mg intravaginal, yang dapat
diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
Pemasangan batang laminaria 12 jam sebelumnya.
Kombinasi
pematangan batang laminaria dengan misoprostol atau pemberian tetes oksitosin
10 IU dalam 500 cc dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60
tetes per menit.
Catatan:
dilakukan kuretase bila masih terdapat jaringan.
3)
Pengakhiran kehamilan jika lebih dari 20 – 28 minggu.
Misoprostol
100 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian
pertama.
Pemasangan batang laminaria selama 12 jam.
Pemberian
tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai
maksimal 60 tetes per menit.
Kombinasi cara
pertama dan ketiga untuk janin hidup maupun janin mati.
Kombinasi cara
kedua dan ketiga untuk janin mati.
Catatan:
dilakukakan histerotomi bila upaya melairkan pervaginam dianggap tidak berhasil
atau atas indikasi ibu, dengan sepengetahuan konsulen.
4)
Pengakhiran kehamilan jika lebih dari 28 minggu
kehamilan.
Misoprostol 50
mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
Pemasangan
metrolisa 100 cc 12 jam sebelum induksi untuk pematangan serviks (tidak
efektif bila dilakukan pada KPD).
Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose
5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes untuk primi dan
multigravida, 40 tetes untuk grande multigravida sebanyak 2 labu.
Kombinasi ketiga cara diatas.
Catatan: dilakukan SC bila upaya melahirkan
pervaginam tidak berhasil, atau bila didapatkan indikasi ibu maupun janin untuk
menyelesaikan persalinan.
Periksa ulangan (follow up)
Dilakukan
kunjungan rumah pada hari ke 2, 6, 14, atau 40 hari. Dilakukan pemeriksaan nifas
seperti biasa. Mengkaji ulang tentang keadaan psikologis, keadaan laktasi
(penghentian ASI), dan penggunaan alat kontrasepsi.
6.Kewenangan bidan
Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang
Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
Kewenangan
normal:
Pelayanan
kesehatan ibu
Pelayanan
kesehatan anak
Pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
Kewenangan
dalam menjalankan program Pemerintah
Kewenangan bidan
yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter
7. Dampak
Kematian janin
dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak membahayakan ibu. Setelah lewat 4
minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipo-fibrinogenemia) akan
lebih besar karena itu pemeriksaan pembekuan darah harus dilakukan setiap
minggu setelah diagnosis ditegakkan. Bila terjadi fibrinogenemia., bahayanya
adalah perdarahan post partum. Terapinya adalah dengan pemberian darah segar
atau fibrinogen.
Dampak lainnya yaitu, Trauma
emosional yang berat menjadi bila antara kematian janin dan persalinan cukup
lama, dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah, dapat terjadi koagulopati bila
kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu.
BAB
PENUTUP
PENUTUP
A.Kesimpulan
Mahasiswa mampu memahami teori tentang persalinan dengan IUFD serta dapat
memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Asuhan
yang diberikan meliputi pengkajian data baik secara subyektif maupun
obyektif dari data yang telah dikumpulkan mahasiswa dapat
mendiagnosa,janin tunggal, mati, intruterin. Keadaan umum ibu dan janin cukup
sesuai dengan diagnosa dilakukan antisipasi masalah potensial dan menetapkan
kebutuhan segera bila ada komplikasi.
Intervensi dan implementasi disesuaikan dengan kondisi ibu, kemudian untuk
meninjau keefektifan asuhan yang telah diberikan mahasiswa melakukan evaluasi
yang juga sebagai koreksi untuk memberikan asuhan selanjutnya.
B.Kritik
dan Saran
• Bagi Ibu ibu yang hamil hendaknya
memeriksakan dirinya secara rutin mnimal 4 kali selama kehamilan agar bisa
dideteksi secara dini bila ada kelainan pada janinnya.
• Bagi petugas kesehatan agar senantiasa
meningkatkan Pengetahuan dan keterampilannya untuk menurunkan angka mortalitas
dan morbiditas Ibu dan anak. .
• Bagi teman teman agar belajar yang rajin agar kelak bisa menangani pasien dengan profesional.
• Bagi teman teman agar belajar yang rajin agar kelak bisa menangani pasien dengan profesional.
DARTAR PUSTAKA
Cunningham, Gary, dkk.2006.
Obstetri William ed.21. Jakarta.EGCMochtar, Rustam.1998, Sinopsis Obstetri. Jakarta.EGC
Prawiroharjo, Sarwono.2003.IlmuKebidanan.Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Varney, Helen Dkk.2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4 vo1. Jakarta.EGC